MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK SPRITUAL DAN SOSIAL
Manusia adalah makhluk spiritual.
Secara fitrah manusia menginginkan
keselamatan di dunia dan keselamatan di akhirat yang merupakan kehidupan
setelah mati serta menginginkan “kesatuan dirinya” dengan Tuhan, karena itulah
pergerakan dan perjalanan hidup manusia adalah sebuah evolusi spiritual menuju
dan mendekat kepada Sang Pencipta. Tujuan mulia itulah yang akhirnya akan
mengarahkan dan mengaktualkan potensi dan fitrah tersembunyi manusia untuk
digunakan sebagai sarana untuk mencapai “spirituality progress”.
Di masa modern sekarang agama
adalah kebutuhan pokok yang tidak bisa lupakan, bahkan tidak sesaat-pun manusia
mampu meninggalkan agamanya, yang mana agama adalah pandangan hidup dan praktik
penuntun hidup dan kehidupan, sejak lahir sampai mati, bahkan sejak mulai tidur
sampai kembali tidur agama selalu akan memberikan bimbingan, demi menuju hidup
sejahtera dunia dan akhirat.
Jika manusia mengabaikan kehidupan
spiritual ini maka yang akan terjadi adalah kegersangan ruhani yang dapat
menjadi virus mamatikan terhadap nilai-nilai kebaikan yang seharus ada
dalam kehidupannya.
Jika ruhani kering maka kebahagian
yang selalu didambakan dan menjadi tujuan utama akan terlihat semu, karena
keyakinan yang salah bahwa kebahagiaan itu bisa di capai jika dapat memperoleh
kekayaan yang banyak yang dapat mencukupi kehidupan jasmani saja.
Jika kita mau sadar bahwa
sesungguhnya hakikat kehidupan ini adalah ruhani yang hidup, jasmani adalah alat
untuk melengkapi ruhani agar dapat bersama-sama berpadu menuju Tuhan di akhir kehidupan
ini.
Fokus tidakan yang hanya orientasi
pemenuhan fisik/jasmani adalah timpang dan di khawatirkan akan jauh dari Sang Pencipta
yang seharusnya di puja dan disembah, kegiatan fisik dalam pekerjaan haruslah
seimbang berorientasi pada kebaikan bersama, yaitu berguna bagi makhluk Tuhan yang lainnya sehingga akan
tercipta predikat “THE BEST HUMAN” atau “KHOIRUL BARIYYAH” atau “MANUSIA YANG TERBAIK” sebagaimana Sabda Nabi
Muhammad SAW “sebaik –baik manusia adalah yang dapat memberikan kemanfaatan
terhadap manusia lainnya”.
Semoga kita termasuk dalam kategori
hadist tersebut. Amin
Manusia
Sebagai Makhluk Sosial.
Manusia
sebagai makhluk sosial artinya manusia sebagai warga masyarakat. Dalam
kehidupan sehari-hari manusia tidak dapat hidup sendiri atau mencukupi
kebutuhan sendiri. Meskipun dia mempunyai kedudukan dan kekayaan, dia selalu
membutuhkan manusia lain. Setiap manusia cenderung untuk berkomunikasi,
berinteraksi, dan bersosialisasi dengan manusia lainnya. Dapat dikatakan bahwa
sejak lahir, dia sudah disebut sebagai makhluk sosial.
Hakekat
manusia sebagai makhluk sosial dan politik akan membentuk hukum, mendirikan
kaidah perilaku, serta bekerjasama dalam kelompok yang lebih besar. Dalam
perkembangan ini, spesialisasi dan integrasi atau organissai harus saling
membantu. Sebab kemajuan manusia nampaknya akan bersandar kepada kemampuan
manusia untuk kerjasama dalam kelompok yang lebih besar. Kerjasama sosial
merupakan syarat untuk kehidupan yang baik dalam masyarakat yang saling
membutuhkan.
Kesadaran
manusia sebagai makhluk sosial, justru memberikan rasa tanggungjawab untuk
mengayomi individu yang jauh lebih ”lemah” dari pada wujud sosial yang ”besar”
dan ”kuat”. Kehidupan sosial, kebersamaan, baik itu non formal (masyarakat)
maupun dalam bentuk-bentuk formal (institusi, negara) dengan wibawanya wajib
mengayomi individu.
Pengembangan Manusia Sebagai
Makhluk Sosial
Di
dalam kehidupannya, manusia tidak hidup dalam kesendirian. Manusia memiliki
keinginan untuk bersosialisasi dengan sesamanya. Ini merupakan salah satu
kodrat manusia adalah selalu ingin berhubungan dengan manusia lain. Hal ini
menunjukkan kondisi yang interdependensi. Di dalam kehidupan manusia
selanjutnya, ia selalu hidup sebagai warga suatu kesatuan hidup, warga
masyarakat, dan warga negara. Hidup dalam hubungan antaraksi dan
interdependensi itu mengandung konsekuensi-konsekuensi sosial baik dalam arti
positif maupun negatif. Keadaan positif dan negatif ini adalah perwujudan dari
nilai-nilai sekaligus watak manusia bahkan pertentangan yang diakibatkan oleh
interaksi antarindividu. Tiap-tiap pribadi harus rela mengorbankan hak-hak
pribadi demi kepentingan bersama Dalam rangka ini dikembangkanlah perbuatan
yang luhur yang mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan dan
kegotongroyongan. Pada zaman modern seperti saat ini manusia memerlukan pakaian
yang tidak mungkin dibuat sendiri.
Tidak
hanya terbatas pada segi badaniah saja, manusia juga mempunyai perasaaan
emosional yang ingin diungkapkan kepada orang lain dan mendapat tanggapan
emosional dari orang lain pula. Manusia memerlukan pengertian, kasih saying,
harga diri pengakuan, dan berbagai rasa emosional lainnya. Tanggapan emosional
tersebut hanya dapat diperoleh apabila manusia berhubungan dan berinteraksi
dengan orang lain dalam suatu tatanan kehidupan bermasyarakat. Dalam
berhubungan dan berinteraksi, manusia memiliki sifat yang khas yang dapat
menjadikannya lebih baik. Kegiatan mendidik merupakan salah satu sifat yang khas
yang dimiliki oleh manusia. Imanuel Kant mengatakan, "Manusia hanya dapat
menjadi manusia karena pendidikan". Jadi jika manusia tidak dididik maka
ia tidak akan menjadi manusia dalam arti yang sebenarnya. Hal ini telah
terkenal luas dan dibenarkan oleh hasil penelitian terhadap anak terlantar. Hal
tersebut memberi penekanan bahwa pendidikan memberikan kontribusi bagi
pembentukan pribadi seseorang.
Dengan
demikian manusia sebagai makhluk sosial berarti bahwa disamping manusia hidup
bersama demi memenuhi kebutuhan jasmaniah, manusia juga hidup bersama dalam
memenuhi kebutuhan rohani.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar